Minggu, 02 Desember 2018

Apa Warna Hijrah Ku? - Safira Amalia

Assalamualaikum~~~
Comel datang lagi dengan membawa sebuah cerpen yang telah di lombakan untuk Islamic Fair di UKMI Arroyan Universitas Riau

Alhamdulillah juara 3 Yeyyyyy
dari pade psting piala dll.. nak rase semua read tulisan Comel..

JOOM!!!! >,<

“Apa Warna Hijrah ku?”
Oleh: Safira Amalia
PMIPA Pend. Kimia/ FKIP
Universitas Riau

***

Biru?”
Ku ketik jawaban di atas layar ponsel. 60 ribu harga jilbabnya ku bilang. Manut depan ponsel, sedangkan azan isya’ sudah tinggal bait terakhir terdengar ekornya.
Gemintang tersebar titik demi titik sejauh mata memandang, angin pun riak menerpa relung. Aku tersenyum takzim. Bisnis jualan jilbab ku laris dibeli teman-teman seperjuangan, bahkan yang tak ku kenali juga membeli. Aku yakin bisa menjadi muslimah yang mandiri setelah ini. Benar saja, pembeli kali ini memesan sekitar 5 unit warna biru, 10 warna hitam, dan 10 warna dongker.  “Suri!! Sholat! kamu petugas imam hari ini.”
“Iya iyaa..”
Ku ketik jawaban terakhir tanda kesepakatan antara penjual dan pembeli. Alhamdulillah, jilbab stok terakhir warna biru sudah habis. Sekarang tinggal menghubungi tukang jahit untuk membuat lagi warna yang dikira-kira akan laku. Ku tengok sedikit ujung mukenah saudari ku yang sedang rukuk. ‘Oh.. masih nyunnah kok’ ku lanjut membalas chat yang lain. Keasikan.
Sudah saya kirim, kak. Ini tanda buktinya.”
Aku kegirangan. Asik! Jumlah uang di rekening bertambah. Kebetulan aku sedang butuh sekali uang. Alhamdulillah, malam ini aku akan ambil langsung ke ATM.
Aku menaruh ponsel di atas bantal, keluar kamar, dan mendapati teman-teman kos pondokan sudah habis rokaat pertama. Ih! Aku ketinggalan. Sekarang yang harus ku lakukan adalah segera mengambil wudhu agar tidak ketinggalan jamaah.
Senangnya dalam hati, bayangkan ada tambahan uang hasil keringat sendiri tanpa meminta ke orang tua untuk jajan sehari-hari. Kalau seperti ini alangkah bahagianya kehidupan ku yang sudah mandiri. Asik! Ini baru mulai berbisnis, bagaimana nanti jika aku seriuskan? Semua teman-teman bahkan yang tak dikenal pun memesan jilbab yang ku jual. Kemudian aku akan mencoba merambat jualan baju gamis, rok, dan yang lain-lain. Masyaallah, bayangan itu mengiurkan sekali. Seperti semut yang tergoda oleh kecantikan gula.
Usai Isya’ aku sibuk mengetik balasan pemesanan, dan juga meminta yang tukang jahit untuk segera menyelesaikan pesanan yang sudah ditunggu-tunggu. Kadang juga aku membalas pertanyaan teman tentang tugas kuliah. Membalas chat dari saudari ku satu organisasi dakwah kampus. Juga membalas salah satu chat ikhwan yang akhir-akhir ini sering menanyai ku. Ketawa-ketiwi kegirangan.
Tak ku sadari langit makin pekat hitamnya, gemintang pun semakin samar di jejak mata. Mungkin akan hujan, karena dirasa desau angin yang ganas menerpa-nerpa. Tapi aku sadar aku lagi butuh uang itu besok pagi. Jadi aku nekat pergi keluar malam itu, ku lirik sudut ponsel pintar ini. Kira-kira sudah pukul 9 lebih. Ah! Tak apalah kan juga ATM nya dekat kok dengan kos.
“Kak, Suri keluar sebentar ke ATM ya, mau ambil uang urgent banget buat besok pagi.”
“Suri, ini sudah malam..”
“Assalamualaikum..”
Aku segera mengeluarkan motor, melesat keluar sebelum diomeli atau di larang tidak boleh keluar. Bisa berabe, uang itu penting sekali untuk besok pagi. Dan ditengah perjalanan aku baru sadar bahwa aku ini penderita miopi. Mata rabun ini tak akan membantu jika di malam hari tanpa kaca mata bundar yang aku beli dari hasil jualan jilbab. Aduh! Pelik sekali sudah, aku pun menurunkan kecepatan motor, sekedar hati-hati. Kalau putar balik ke kos pasti di larang pergi. Jadi ku telan saja jalan ini dengan mata rabun.
Sesampainya di ATM aku segera mengambil uang yang sudah di kirimkan. Tergesa-gesa. Jumlah uangnya lumayan, bisa buat nambah jajan selain keperluan penting yang lain.
JEDAR!!
Geraman petir datang setelah kilat menyapa muka.
JEDAR!!
“Aduh, harus cepat-cepat nih sebelum hujan.”
Uang yang ku genggam ku taruh di dalam dompet lalu dimasukkan ke dalam tas. Menancap gas menuju pulang ke kos. Aku asik tersenyum di perjalanan pulang, rasanya ingin sekali menelpon rumah di kampung bilang kalau jualannya sukses dan sekarang mau lebih fokus.
Ku lirik kaca spion untuk melihat apakah ada kendaraan di belakang ku. Menekan pertanda lampu sein. Aku tiba-tiba ingin membeli jus di salah satu kedai pinggir jalan.
Dan takdir Allah itu memang luar biasa. Allah Maha Segalanya.
Saat aku hendak menepi, tiba-tiba dari kecepatan yang tak ku perkirakan menerpa badan motor dan menyeretku cukup jauh.
BRAKKK!!!
Motor itu terus menyeret tanpa ampun.
“Asstagfirullah!!” suara ramai.
Aku terpental, jilbab lebar ku mengembang dan aku rasa seperti melayang sejenak hingga aku rasakan bahwa sekarang aku sudah berdarah di tepian jalan aspal yang panas. Aku tergugu. Jantung berdetak tak tentu arah. Darah amis ini mengalir terus padahal sudah ku bilang untuk berhenti. Ini aku kenapa ya Allah?
“Adek ngak apa-apa?”
Ku pandangi semua orang mendatangi ku, semuanya terlihat samar, dan badan terasa dingin akibat basah.
Selanjutnya yang aku rasakan adalah kesakitan yang amat berat. Pinsan.
Selama aku berada di kegelapan tidur ini. Aku menangis meminta pengampunan. Jadi apa warna hirjah ku selama ini? hijrah bukan sekedar mengubah yang awalnya warna hitam menjadi putih. Hirjah adalah proses menuju warna yang Allah Ridhoi. Selama ini yang aku pahami bahwa hijrah adalah mengubah jilbab pendek menjadi lebar, mengubah lengan pendek menjadi panjang, mengubah kaki menjadi berkaus, atau membuat Al-Quran sentiasa berada di dalam tas. Ternyata selama ini, aku hanya gerak jalan. Berdiri di tempat dan sibuk terlena dengan semua kesibukan. Aku lalai mempercepat gerak kaki untuk mengambil wudhu sedangkan kaki ini laju berlari mengejar uang, aku lalai dan tetap membalas chat lawan jenis tanpa ku pikir waktu yang sudah larut tua, aku lalai dan riak pada diri sendiri, sibuk bangga atas keberhasilan tanpa ku pikir bagaimana caranya rezeki itu ku sedekahkan. Dan aku baru sadar bahwa rezeki yang ku peroleh hanya kesenangan sejenak yang Allah titip kan. Apa yang aku mau? Aku hanya peminjam!
Ya Allah… Maafkan hamba mu..
Yang kecil bagai debu tak berharga.. yang senantiasa meminta bantuan dan pertolonganmu.
Kau tak pernah sebentar pun meninggalkan ku, namun aku tega berlari menjauhi Mu. Aku ingin warna hijrah yang menyejukkan hati. Dunia dan akhirat.

-End-

2 komentar: