Assalamualaikum~~~
Comel datang lagi dengan membawa sebuah cerpen yang telah di lombakan untuk Islamic Fair di UKMI Arroyan Universitas Riau
Alhamdulillah juara 3 Yeyyyyy
dari pade psting piala dll.. nak rase semua read tulisan Comel..
JOOM!!!! >,<
“Apa Warna Hijrah ku?”
Oleh: Safira
Amalia
PMIPA Pend.
Kimia/ FKIP
Universitas Riau
***
“Biru?”
Ku ketik jawaban di
atas layar ponsel. 60 ribu harga jilbabnya ku bilang. Manut depan ponsel,
sedangkan azan isya’ sudah tinggal bait terakhir terdengar ekornya.
Gemintang tersebar
titik demi titik sejauh mata memandang, angin pun riak menerpa relung. Aku
tersenyum takzim. Bisnis jualan jilbab ku laris dibeli teman-teman seperjuangan,
bahkan yang tak ku kenali juga membeli. Aku yakin bisa menjadi muslimah yang
mandiri setelah ini. Benar saja, pembeli kali ini memesan sekitar 5 unit warna
biru, 10 warna hitam, dan 10 warna dongker. “Suri!! Sholat! kamu petugas imam hari ini.”
“Iya iyaa..”
Ku ketik jawaban
terakhir tanda kesepakatan antara penjual dan pembeli. Alhamdulillah, jilbab
stok terakhir warna biru sudah habis. Sekarang tinggal menghubungi tukang jahit
untuk membuat lagi warna yang dikira-kira akan laku. Ku tengok sedikit ujung
mukenah saudari ku yang sedang rukuk. ‘Oh.. masih nyunnah kok’ ku lanjut membalas
chat yang lain. Keasikan.
“Sudah saya kirim, kak. Ini tanda buktinya.”
Aku kegirangan. Asik! Jumlah
uang di rekening bertambah. Kebetulan aku sedang butuh sekali uang.
Alhamdulillah, malam ini aku akan ambil langsung ke ATM.
Aku menaruh ponsel di
atas bantal, keluar kamar, dan mendapati teman-teman kos pondokan sudah habis rokaat
pertama. Ih! Aku ketinggalan. Sekarang yang harus ku lakukan adalah segera
mengambil wudhu agar tidak ketinggalan jamaah.
Senangnya dalam hati,
bayangkan ada tambahan uang hasil keringat sendiri tanpa meminta ke orang tua
untuk jajan sehari-hari. Kalau seperti ini alangkah bahagianya kehidupan ku
yang sudah mandiri. Asik! Ini baru mulai berbisnis, bagaimana nanti jika aku
seriuskan? Semua teman-teman bahkan yang tak dikenal pun memesan jilbab yang ku
jual. Kemudian aku akan mencoba merambat jualan baju gamis, rok, dan yang
lain-lain. Masyaallah, bayangan itu mengiurkan sekali. Seperti semut yang
tergoda oleh kecantikan gula.
Usai Isya’ aku sibuk
mengetik balasan pemesanan, dan juga meminta yang tukang jahit untuk segera
menyelesaikan pesanan yang sudah ditunggu-tunggu. Kadang juga aku membalas
pertanyaan teman tentang tugas kuliah. Membalas chat dari saudari ku satu
organisasi dakwah kampus. Juga membalas salah satu chat ikhwan yang akhir-akhir
ini sering menanyai ku. Ketawa-ketiwi kegirangan.
Tak ku sadari langit
makin pekat hitamnya, gemintang pun semakin samar di jejak mata. Mungkin akan
hujan, karena dirasa desau angin yang ganas menerpa-nerpa. Tapi aku sadar aku
lagi butuh uang itu besok pagi. Jadi aku nekat pergi keluar malam itu, ku lirik
sudut ponsel pintar ini. Kira-kira sudah pukul 9 lebih. Ah! Tak apalah kan juga
ATM nya dekat kok dengan kos.
“Kak, Suri keluar
sebentar ke ATM ya, mau ambil uang urgent
banget buat besok pagi.”
“Suri, ini sudah
malam..”
“Assalamualaikum..”
Aku segera mengeluarkan
motor, melesat keluar sebelum diomeli atau di larang tidak boleh keluar. Bisa
berabe, uang itu penting sekali untuk besok pagi. Dan ditengah perjalanan aku
baru sadar bahwa aku ini penderita miopi. Mata rabun ini tak akan membantu jika
di malam hari tanpa kaca mata bundar yang aku beli dari hasil jualan jilbab.
Aduh! Pelik sekali sudah, aku pun menurunkan kecepatan motor, sekedar
hati-hati. Kalau putar balik ke kos pasti di larang pergi. Jadi ku telan saja
jalan ini dengan mata rabun.
Sesampainya di ATM aku
segera mengambil uang yang sudah di kirimkan. Tergesa-gesa. Jumlah uangnya lumayan,
bisa buat nambah jajan selain keperluan penting yang lain.
JEDAR!!
Geraman petir datang
setelah kilat menyapa muka.
JEDAR!!
“Aduh, harus
cepat-cepat nih sebelum hujan.”
Uang yang ku genggam ku
taruh di dalam dompet lalu dimasukkan ke dalam tas. Menancap gas menuju pulang
ke kos. Aku asik tersenyum di perjalanan pulang, rasanya ingin sekali menelpon
rumah di kampung bilang kalau jualannya sukses dan sekarang mau lebih fokus.
Ku lirik kaca spion
untuk melihat apakah ada kendaraan di belakang ku. Menekan pertanda lampu sein.
Aku tiba-tiba ingin membeli jus di salah satu kedai pinggir jalan.
Dan takdir Allah itu
memang luar biasa. Allah Maha Segalanya.
Saat aku hendak menepi,
tiba-tiba dari kecepatan yang tak ku perkirakan menerpa badan motor dan
menyeretku cukup jauh.
BRAKKK!!!
Motor itu terus
menyeret tanpa ampun.
“Asstagfirullah!!” suara
ramai.
Aku terpental, jilbab
lebar ku mengembang dan aku rasa seperti melayang sejenak hingga aku rasakan
bahwa sekarang aku sudah berdarah di tepian jalan aspal yang panas. Aku
tergugu. Jantung berdetak tak tentu arah. Darah amis ini mengalir terus padahal
sudah ku bilang untuk berhenti. Ini aku kenapa ya Allah?
“Adek ngak apa-apa?”
Ku pandangi semua orang
mendatangi ku, semuanya terlihat samar, dan badan terasa dingin akibat basah.
Selanjutnya yang aku
rasakan adalah kesakitan yang amat berat. Pinsan.
Selama aku berada di
kegelapan tidur ini. Aku menangis meminta pengampunan. Jadi apa warna hirjah ku
selama ini? hijrah bukan sekedar mengubah yang awalnya warna hitam menjadi
putih. Hirjah adalah proses menuju warna yang Allah Ridhoi. Selama ini yang aku
pahami bahwa hijrah adalah mengubah jilbab pendek menjadi lebar, mengubah
lengan pendek menjadi panjang, mengubah kaki menjadi berkaus, atau membuat Al-Quran
sentiasa berada di dalam tas. Ternyata selama ini, aku hanya gerak jalan.
Berdiri di tempat dan sibuk terlena dengan semua kesibukan. Aku lalai
mempercepat gerak kaki untuk mengambil wudhu sedangkan kaki ini laju berlari
mengejar uang, aku lalai dan tetap membalas chat lawan jenis tanpa ku pikir
waktu yang sudah larut tua, aku lalai dan riak pada diri sendiri, sibuk bangga
atas keberhasilan tanpa ku pikir bagaimana caranya rezeki itu ku sedekahkan.
Dan aku baru sadar bahwa rezeki yang ku peroleh hanya kesenangan sejenak yang
Allah titip kan. Apa yang aku mau? Aku hanya peminjam!
Ya Allah… Maafkan hamba
mu..
Yang kecil bagai debu
tak berharga.. yang senantiasa meminta bantuan dan pertolonganmu.
Kau tak pernah sebentar
pun meninggalkan ku, namun aku tega berlari menjauhi Mu. Aku ingin warna hijrah
yang menyejukkan hati. Dunia dan akhirat.
-End-
Kerenn bangett saf,ditunggu cerpen2 selanjutnya :)
BalasHapustanks mel <3
Hapus